MENELADANI FATIMAH AZ-ZAHRAH & UWAIS AL QARNI (AKIDAH AKHLAK KELAS XI)

 KISAH TELADAN FATIMAH AZ-ZAHRAH & UWAIS AL QARNI


I. Fatimah az-Zahrah

A.  Riwayat Singkat Fatimah az-Zahrah

Nama dan nasabnya adalah Fatimah binti Muhammad bin Abdullah bin Abdul MuṬālib. Ia puteri Nabi Muhammad Saw. Ibunya adalah Khadijah binti Khuwailid. Fatimah dilahirkan di Makkah pada tanggal 20 Jumadil Akhir, 18 tahun sebelum Nabi Saw. hjirah (tahun ke-5 dari kerasulan). Dia adalah putri bungsu Rasulullah Saw. setelah berturut-turut Zainab, Ruqayyah, dan Ummu Kulsum. Saudara laki- akinya yang tertua, Qasim dan Abdullah, meninggal dunia pada usia muda.

Fatimah merupakan perempuan yang terlahir dengan kecantikan serta kecerdasan mengesankan. Juga mempunyai kepribadian yang penuh dengan kesabaran, taat kepada orang tua dan mandiri. Sejak usianya yang masih belia, ia harus menggantikan peran ibunya mengurus kebutuhan Rasulullah.

Keistimewaan Fatimah ditandai dengan julukan-julukan yang diberikan kepadanya. Julukannya yang utama adalah 

  1. az-Zuhra (yang cemerlang);
  2. Batul (perawan);
  3.  Kaniz (terpelihara);
  4.  at-Thahirah (yang suci);
  5.  umm al-A’immah (ibu para imam);
  6.  Sayyidah (pemuka yang mulia, penghulu);
  7.  Nisa’ al-‘Alamin (wanita sejagat) dan banyak lagi julukan. 
Menurut Kitab Nur adh-Dhalam (syarah ‘aqidatul awam) karangan Syaikh nawawi al-Bantani, pada usia 15 tahun lebih 5 bulan Fatimah menikah dengan Ali bin Abi Ṭālib yang berusia 21 tahun lebih 5 bulan setelah perang Badar. Dalam pernikahannya dengan Ali bin Abi Ṭālib  lahirlah tiga putra; Hasan, Husain dan Muhassin (meninggal masih kecil). Adapun putri yang lahir dari pernikahannya dengan Ali bin Abi Ṭālib adalah  Zaynab dan Ummi Kultsum. Menurut al-Laits bin Sa’ad, anak putrinya ada tiga, yaitu ditambah Ruqayyah.

B. Keutamaan Fatimah az-Zahrah

  1. Rasulullah Saw.bersabda: “Fatimah  adalah sebagian daripadaku, barangsiapa ragu terhadapnya, berarti ragu terhadapku, dan membohonginya adalah membohongiku”. (HR. Bukhari).
  2. Rasulullah Saw.bersabda kepada Fatimah : “Tidakkah engkau senang jika engkau menjadi penghulu bagi wanita seluruh alam”. (HR. Bukhari).
  3. Rasulullah bersabda: “Wahai Fatimah , tidakkah anda puas menjadi sayyidah dari wanita sedunia (atau) menjadi wanita tertinggi dari semua wanita umat ini atau wanita mukmin”. (HR. Bukhari-Muslim).
  4. Rasulullah bersabda: “Tokoh penghuni  surga  adalah Khadijah binti Khuwailid, Fatimah  binti Muhammad, Maryam binti Imran, dan Asiyah binti Mazahim istri Fir’aun”. (HR. Ahmad)

C. Teladan yang dapat di ambil

Kehidupan rumah tangga Fatimah sangatlah sederhana, bahkan sering mengalami kekurangan, sehingga beberapa kali harus menggadaikan barang-barang rumah tangga  untuk membeli makanan. Suatu saat kerudung Fatimah pernah digadaikan kepada orang Yahudi Madinah untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka. Namun demikian, keluarganya tetap bahagia, lestari sebagai suami istri sampai  akhir hayat.

Nabi Muhammad Saw. sangat sayang kepada Fatimah. Sewaktu Nabi Muhammad Saw. sakit keras menjelang wafatnya, Fatimah tiada henti menangis. Nabi Muhammad Saw. memanggilnya dan berbisik kepadanya sehingga tangisannya semakin bertambah. Kemudian Nabi Saw. berbisik lagi, dan ia pun tersenyum. Kemudian hal tersebut ditanyakan kepada Fatimah. Dia manjawab bahwa dia menangis karena ayahnya memberitahu kepadanya bahwa tak lama lagi ayahnya akan meninggal, tetapi kemudian ia tersenyum karena dialah keluarga Nabi yang pertama  akan menjumpainya di surga nanti .
 
Fatimah adalah seorang wanita yang agung, seorang ahli hukum Islam. Dari Fatimah inilah banyak diriwayatkan hadiś. Dialah tokoh perempuan dalam bidang kemasyarakatan. Orangnya sangat sabar dan bersahaja, akhlaknya sangat mulia. 
 
Fatimah az-Zahrah adalah seorang wanita yang selalu mendukung perjuangan  ayahnya dan suaminya. Walaupun anak seorang yang sangat disegani namun, Fatimah tidak pernah sombong. Ia adalah seorang istri yang sangat sederhana hidupnya  tanpa banyak menuntut pada suaminya.  

II. Uways Al Qarni

A. Riwayat Uwais Al Qarni

Uwais al-Qarni adalah  penduduk Yaman, daerah Qarn dari kabilah Murad. Hidup sebagai anak yatim, membuatnya sangat mencintai dan berbakti kepada ibunya. Uwais al-Qarni pernah mengidap penyakit kusta, lalu berdoa kepada Allah Swt. sehingga diberi  kesembuhan, tetapi masih ada bekas sebesar dirham di kedua lengannya. Menurut keterangan, Nabi Muhammad Saw. pernah menyampaikan bahwa Uwais al-Qarni adalah pemimpin para tabi’in. Suatu ketika Nabi Muhammad Saw. berkata kepada Umar bin Khattab, “Jika kamu bisa meminta kepadanya untuk memohonkan ampun kepada Allah Swt. untukmu, maka lakukanlah!”

Ketika Umar bin Khattab  menjadi Amirul Mukminin, dia bertanya kepada para jamaah haji dari Yaman di Baitullah pada musim haji, “Apakah di antara warga kalian ada yang bernama Uwais al-Qarni?” Mereka menjawab, “ada”. Umar kemudian bertanya lagi, “Bagaimana keadaannya ketika kalian meninggalkannya?” Mereka menjawab tanpa mengetahui derajat Uwais, “Kami meninggalkannya dalam keadaan miskin harta benda dan pakaiannya usang.” 

Umar bin Khattab berkata kepada mereka, “Celakalah kalian. Sungguh, Rasulullah Saw.pernah bercerita tentangnya. Kalau dia bisa memohonkan ampun untuk kalian, lakukanlah!”

Dan setiap tahun Umar bin Khattab selalu menanti Uwais. Suatu ketika dia datang bersama jamaah haji dari Yaman, lalu Umar menemuinya. Dia hendak memastikannya terlebih dahulu, makanya dia bertanya, “Siapa namanya?” Orang itu menjawab, “namaku Uwais.”  Umar melanjutkan pertanyaannya, “Di Yaman daerah mana?” Dia menjawab, “Dari Qarn.” Umar bertanya lagi, “dari kabilah mana?” Dia menjawab, “Dari kabilah Murad.” Umar bin Khattab bertanya lagi, “Bagaimana ayahnya?” “Ayahku telah meninggal dunia. Saya hidup bersama ibuku,” jawabnya.Umar melanjutkan, “Bagaimana keadaanmu bersama ibumu?” Uwais berkata, “Saya berharap dapat berbakti kepadanya.”  Lalu Umar bertanya lagi, “Apakah engkau pernah sakit sebelumnya?”  Uwais menjawab, benar, saya pernah terkena penyakit kusta, lalu saya berdoa kepada Allah Swt. dan saya diberi kesembuhan.” Umar bertanya lagi, “Apakah masih ada bekas dari penyakit tersebut?” Dia menjawab, “di lenganku masih ada bekas sebesar dirham.” Dia memperlihatkan lengannya kepada Umar. Ketika Umar bin Khattab melihat hal tersebut, maka dia langsung memeluknya seraya berkata, “Engkaulah orang yang diceritakan oleh Rasulullah Saw. mohonkanlah ampun kepada Allah Swt. untukku!”.

Uwais berkata, “Masa saya memohonkan ampun untukmu wahai Amirul Mukminin?” Umar bin Khattab menjawab, “ya, benar.” Khalifah Umar  meminta kepadanya sehingga Uwais memohonkan ampun untuknya. Selanjutnya Umar  bertanya kepadanya mengenai  tujuannya setelah musim haji. Dia menjawab, “Saya akan pergi ke kabilah Murad dari penduduk Yaman ke Irak.” Umar berkata, “Saya akan kirim surat ke walikota Irak mengenai kamu?” Uwais berkata, “Saya bersumpah kepada Anda wahai Amriul Mukminin agar engkau tidak melakukannya. Biarkanlah saya berjalan di tengah lalu lalang banyak orang tanpa dipedulikan orang.”

B. Teladan yang dapat diambil dari Uwais al-Qarni

Uwais al-Qarni sosok pribadi yang sangat sederhana. Hidupnya tidak bergelimang dengan harta. Ujian hidup yang dialami diterima dengan ikhlas dan  tetap tidak meninggalkan usaha serta kerja keras untuk keluar dari ujian itu. Termasuk ketika diuji penyakit kusta oleh Allah Swt. Uwais al-Qarni juga figur yang sangat hormat dan taat kepada ibunya. Sebagian hidupnya digunakan untuk merawat dan mendampingi ibu yang sangat disayangi. Walaupun ia mendapat perhatian sangat penguasa waktu itu yaitu Umar bin Khattab, tetapi Uwais al-Qarni tidak memanfaatkan fasilitas dan kesempatan tersebut untuk bersenang-senang. Justru Uwais al-Qarni tidak mau diperlakukan istimewa, justru sebaliknya dia ingin diperlakukan sama dengan rakyat yang lain.

III. KESIMPULAN
  1. Keagungan Fatimah az-Zahrah sungguh luar bisa. Beliau adalah sosok perempuan yang cantik dan mendapatkan karunia kecerdasan yang mengesankan. Kepribadiannya yang penuh dengan kesabaran, taat kepada orang tua dan mandiri.  
  2. Sebagai seorang istri, Fatimah az-Zahrah sungguh menjadi teladan bagi kaum perempuan. Ketaatannya kepada suami tidak diragukannya.
  3. Fatimah az-Zahrah juga figur perempuan terpelajar  karena diasuh langsung oleh Nabi Muhammad Saw. sehingga kepribadiannya sangat agung, hingga suatu saat ‘Aisyah istri Rasulullah Saw.  memujinya: “Saya tidak pernah berjumpa dengan sosok pribadi yang agung/mulia melebihi Fatimah, kecuali kepribadian ayahnya.” 
  4. Uwais al-Qarni adalah contoh perilaku anak yang sangat membanggakan dan patut diteladani. Hidup dalam kemiskinan tidak membuatnya menjadi orang yang mudah menyerah dengan keadaan. Beliau hidup sederhana dan selalu memuliakan ibunya yang sudah berusia lanjut dan sakit-sakitan. 

IV. DISKUSIKANLAH
Tema diskusi adalah:
  1. Keteladanan Fatimah az-Zahrah dalam berbakti kepada suamI 
  2. Keteladanan Uwais al-Qarni dalam berbakti kepada Ibu.


Sumber :     e-Book Akidah Akhlak Kelas XI     
Kementerian Agama RI Th. 2020

Komentar